Langsung ke konten utama

Mari Kita Pindah, Jangan di Titik itu Lagi!

Fr. Yosep Pranadi, O.S.C.



Pope Francis opens a "Holy Door" at St Peter's basilica to mark the start of the Jubilee Year of Mercy, on December 8, 2015 in Vatican. In Catholic tradition, the opening of "Holy Doors" in Rome symbolises an invitation from the Church to believers to enter into a renewed relationship with God. (AFP Photo/Vincenzo Pinto)

Fratres Carissimi, Saudara-saudara yang terkasih ... Pada saat pelantikan presiden dan wakil Presiden RI periode 2019-2024 di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, hal yang paling saya tunggu-tunggu adalah mendengarkan pidato presiden terpilih. Apabila saya simak durasinya ± 17 menit. Dalam keseluruhan pidato itu ada satu bagian yang sungguh menarik buat saya. Tepatnya di menit 4.20 s/d 06.18. Jokowi berkata,

“Dalam dunia yang penuh risiko, yang sangat dinamis, dan yang kompetitif, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru. Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas yang monoton.

Harusnya inovasi bukan hanya pengetahuan. Inovasi adalah budaya. Cerita sedikit, tahun pertama saya di istana, saat mengundang masyarakat untuk halal bihalal, protokol meminta saya untuk berdiri di titik itu, saya ikut. Tahun kedua, halal bihalal lagi, protokol meminta saya berdiri di titik yang sama, di titik itu lagi. Langsung saya bilang ke Mensesneg <Mentri Sekretaris Negara>, ‘Pak, ayo kita pindah lokasi. Kalau kita tidak pindah, akan jadi kebiasaan. Itu akan dianggap sebagai aturan dan bahkan nantinya akan dijadikan seperti undang-undang.’ Ini yang namanya monoton dan rutinitas.”



Kacamata presiden adalah ingin melihat Indonesia yang lebih berkembang di bidang birokrasi, mental masyarakat, sosial, dan pertumbuahan ekonomi ke depan. Sedangkan saya akan melihatnya dari kacamata spiritualitas. Begini saudara. Kadang-kadang secara tidak sadar kita berkata, “Mengapa hidup saya seperti ini terus sih?” Dari dulu sampai sekarang gini-gini aja. Kok buka bisnis gagal lagi-gagal lagi? Hidup saya kemarin dengan hari ini kok sama saja yah? Makan, minum, kerja, ngurus anak, istirahat. Kupu-Kupu: kuliah-pulang, kuliah-pulang. Itu-itu saja. Tidak ada perkembangan. Nggak ada inspirasi, nggak ada ide. Tidak membuat sesuatu atau “something different” gitu lho! Kadang ... Tidak mau atau susah berbagi apa yang kita miliki kepada orang lain. Hidup selalu menunggu akhir bulan, gaji datang – belanja – makan-makan, selesai. Setiap kali datang ke ruang pengakuan, entah kemarin, hari ini, dan besok hal yang diungkapkan sama saja: Pastor saya nyontek, bertengkar, gosip, nyakiti orang, fitnah, bohong, malas berdoa, susah maafin orang, dll. Ini mah Tomat: tobat-kumat, tobat kumat. Ini menjadi kebiasaan yang monoton. Tidak baik dibiarkan terus.  


Suatu ketika saya bercerita pada anak-anak sekolah Minggu (Luk 19:1-10). “Anak-anak. Pada suatu hari Yesus berjalan-jalan di kota Yerikho. Banyak orang kagum dan datang berbondong-bondong padanya. Ketika melewati sebuah pohon tiba-tiba Yesus melihat Lazarus sedang berada di atas pohon. Yesus pun kaget dan heran ... melihatnya” Lalu anak-anak protes keras kepada saya. “Frateeerrr itu bukan Lazarus tau!”. Lalu saya melanjutkan, “Ketika Yesus melihat Lazarus di atas pohon, Ia berkata, Lazarus turunlah! .. itu bukan tempatmu! Itu tempat Zakheus!. “Oh Maaf Yesus”, Lazarus turun, Zakheus naik pohon (karena badannya pendek) lalu ngobrol-ngobrol dengan Yesus. Akhirnya Yesus diundang makan-makan di rumah Zakheus. Ketika Yesus hadir di rumahnya, Zakheus pun tersentuh dan merasa diberkati. Ia sadar bahwa dirinya selama ini berdosa. Pada hari itu juga terjadilah perubahan dan pertobatan dalam diri Zakheus. Perubahan terjadi ketika ia berkata, “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat” (Luk 19:8). Kemudian Yesus berkata, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk 19:9-10). Ini adalah kisah pertobatan Zakheus. Ia menyesali masa lalunya, memperbaiki hidupnya, dan mau berbagi apa yang ia miliki kepada orang-orang pada masa itu. Hatinya diubah, hidupnya berbuah sehingga mengalirlah kebaikan dari padanya. Cerita Zakheus selesai dan Yesus kembali berkeliling mencari yang sakit dan tersesat. Setelah mendengar kisah ini, apa maknanya? apa yang akan kita lakukan? Diem-diem bae?


         
“Ayo pindah!, jangan di titik itu lagi-di titik itu lagi. Kalau tidak pindah akan jadi kebiasaan dan rutinitas yang  monoton.” Kata presiden dalam pidatonya. Paulus dalam suratnya kepada umat Filipi berkata, “Aku melupakan apa yang dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku.” Mari bergerak maju. Beranilah berubah dan berbuah seperti Zakheus. Dalam Kitab Kebijaksanaan (Bac.I) dikatakan, “Tetapi justru karena Engkau berkuasa akan segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihi, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat” (Keb 11:23). Mengutip kembali apa yang pernah disampaikan Bapak Fransiskus dalam tahun kerahiman ilahi. Ia berkata, “Saya dapat dan mesti menyatakan bahwa tidak ada dosa yang tidak dapat dicapai dan dihapuskan oleh belas kasih Allah ketika belas kasih itu menemukan hati yang bertobat untuk di diperdamaikan dengan Bapa.” Misericordia et Misera, art. 12 (2016). Artinya apa? Tidak ada dosa yang tidak dapat diampuni. Belas kasih Allah senantiasa terbuka bagi orang yang memohonkannya dari hati yang mau berubah dan bertobat. Kesempatan selalu ada dan jangan menyia-nyiakannya. Berusahalah untuk terus berbenah dan berubah agar berbuah. Terus memperbaiki, mengevaluasi, dan merevisi diri, supaya nanti tidak menyesal. Mari pindah! Jangan di titik itu lagi- titik itu lagi! Hiduplah seperti air, ia terus bergerak di dalam tubuh, di dalam tanah, di sungai, di lautan, dan di alam semesta untuk memberi kehidupan kepada setiap makhluk.




Minggu, 3 November 2019 C/I
Hari Minggu Biasa XXXI (H).
E KemSyah. BcE Keb. 11:22-12:2; Mzm. 145:1-2,8-9,10-11,13cd-14; 2Tes. 1:11-2:2; Luk. 19:1-10


Salam,
Fr. Yosep Pranadi, O.S.C.
Salus Animarum Suprema Lex




Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOMUNITAS ORDO SALIB SUCI - PRIORAT SULTAN AGUNG - BIARA PRATISTA KUMARA WARABRATA Jl. Sultan Agung No. 2, Bandung Bandung 40115 '   022 - 4237738 Ini adalah foto para Pastor Ordo Salib Suci penghuni Priorat Sultan Agung. Belakang (ki-ka):Pst. Faransiskus Samong OSC, Pst. Rob Stigter OSC, Pst. Agus tinus Sugiharto OSC, Pst. Agus Tanggu, Pr. Sumba, Pst. Onesius Ote nieli Daeli OSC, Pst. Riston Parlindungan Situmorang OSC, dan Pst. Anton Rutten OSC, sedangkan yang sedang duduk di bagian depan (ki-ka) adalah Pst. Balok OSC, Pst. Agustinus Gani OSC dan Pst. Josef Souw Hong Guan OSC. Foto diambil: Januari 2016. Foto Seluruh Anggota Komunitas Ordo Salib Suci - Priorat Sultan Agung   Foto Januari 2016. Anggota komunitas OSC Priorat Sultan Agung. Foto Seluruh Anggota Komunitas Ordo Salib Suci - Priorat Sultan Agung Foto: Januari 2016. Komunitas Priorat OSC Sultan Agung. Frater Ordo Salib Suci Angkatan 2008  ...
Pertama dari Indonesia, Magister General OSC Cor Unum et Anima Una Sehati dan Sejiwa Setelah 805 tahun, Ordo Salib Suci (OSC) memilih Mgr Laurentius Tarpin OSC sebagai Magister General OSC, pertama dari Indonesia. Mgr Tarpin, imam kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 8 Maret 1969 ini, terpilih menjadi Magister General OSC periode 2015-2021 dalam Kapitel Jenderal OSC yang berlangsung di Rumah Retret Pratista, Cimahi, Jawa Barat, Minggu- Sabtu, 7/6-4/7. Mgr Tarpin adalah orang pertama asal Indonesia yang memimpin OSC sedunia. Sementara itu, Romo Pierre-Paul Walraet OSC asal Belgia, Romo Paluku Muhumira Henri asal Kongo dan Romo Yohanes Berchmans Rosaryanto OSC asal Indonesia, terpilih menjadi Konselor Jenderal. Acara pemberkatan Magister General dan Konselor Jenderal berlangsung dalam ibadat di kapel Rumah Retret Pratista, Jumat, 26/6. Pemberkatan dipimpin oleh Magister General OSC Emeritus, Mgr Glen Lewandowski OSC. Upacara ini dihadiri Uskup Bandung Mgr Antonius S...
PENJUBAHAN, PEMBARUAN KAUL, KAUL KEKAL DAN PESTA KAUL PARA FRATER DAN PASTOR ORDO SALIB SUCI Km. Jm. , 27, 28 AGUSTUS 2015 Fr. Yosep Pranadi memberikan pengantar kepada umat sebelum perayaan penjubahan dimulai. Foto: 27 Agustus 2015 Pembaruan Kaul para Frater Ordo Salib Suci: Kamis, 27 Agustus 2015 Para frater Ordo Salib Suci membarui kaulnya pada Peringatan St. Helena, Kamis, 27 Agustus 2015 di Kapel St. Helena Pratista, Cisarua. Foto (ki-ka): Fr. Ferdinand Redemptus Febry Laleno, Fr. Robertus Belarminus Evodius Karunia Lembaga, Fr. Markus Trisyantoro Noorwendo, Fr. Hubertus Hia, Fr. Yosep Pranadi, Fr. Paulus Juju Junaedi, Fr. Adi Putra Panjaitan, Fr. Thomas Tjatur HErianto, Fr. Arius Arifman Halawa, Fr. Edy Syahputra Sihombing. Foto: Agustus 2015 Misa Pangikraran Kaul Kekal dan Kaul Pertama: Jumat, 28 Agustus 2015 bersama Mgr. Laurentius Tarpin OSC, Jenderal OSC Para Pastor dan Frater berarak mengelilingi altar Kapel St. Helena sembari...